MEREDAM
BERITA HOAX PERSPEKTIF AGAMA HINDU
Internet
merupakan hal yang sangat lumrah dalam perkembangan dewasa ini, Internet adalah layanan jaringan yang sifatnya menjangkau dunia internasional
dan menggunakan sebuah perangkat jaringan. Secara
garis besar internet dipergunakan sebagai media komunikasi, pendidikan, menambah
wawasan dan media hiburan. Saat ini internet sudah menjangkau seluruh lapisan
masyarakat, dari pejabat negara/ pemerintahan, pebisnis, karyawan sampai
seorang pedagang kaki lima pun memakai internet. Demikian juga para pendakwah
juga menyampaikan materi-materi dakwahnya melalui media internet. Banyak hal
positif yang dapat kita ambil dari pemanfaatan internet tersebut, yaitu
menambah wawasan, lebih praktis dan efisien, mempermudah komunikasi,
meningkatkan penguasaan bahasa asing, mendorong kemandirian, sarana pendidikan
jarak jauh, sebagai sarana hiburan, memudahkan pekerjaan, menjalankan bisnis
online, dan masih banyak lagi manfaat dari internet. Tentu dengan melihat
manfaat yang diberikan internet dalam kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa
internet dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan masyarakat di era
milenial ini. Selain dampak positif pasti beriringan dengan dampak negatif dari
keberadaan internet tersebut misalnya berita hoax.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘hoaks’ adalah ‘berita bohong.’ Dalam Oxford English
dictionary, ‘hoax’ didefinisikan sebagai ‘malicious deception’
atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’. Sayangnya, banyak netizen
yang sebenarnya mendefinisikan ‘hoax’ sebagai ‘berita yang tidak saya
sukai’. ‘Hoax’ atau ‘fake news’ bukan sesuatu yang baru, dan
sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada
tahun 1439. Sebelum zaman internet, ‘hoax’ bahkan lebih berbahaya dari
sekarang karena sulit untuk diverifikasi.
Jenis-jenis berita hoax :
·
Hoax
proper, hoax dalam definisi termurninya
adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita
itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.
·
Judul
heboh tapi berbeda dengan isi berita, kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca headline
berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi
diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi
artikelnya.
·
Berita
benar dalam konteks menyesatkan, kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa
beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi
dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya
Apa saja konsekuensi membuat dan
menyebarkan berita menyesatkan?
- Membuat
masyarakat menjadi curiga dan bahkan membenci kelompok tertentu
- Menyusahkan
atau bahkan menyakiti secara fisik orang yang tidak bersalah
- Memberikan
informasi yang salah kepada pembuat kebijaksanaan
Meredam berita Hoax perspektif Agama
Hindu
a. Menguatkan
pondasi kehidupan melalui satyam (kejujuran/kebenaran)
Berita Hoax didefinisikan sebagai
berita bohong, guna menekan berita bohong jangan biasakan untuk berbohong,
jangan menebar berita bohong, tetaplah menebar kejujuran. Kata satyam menunjuk
pada kebenaran sejati. Ia berarti Supreme Truth (kebenaran
tertinggi) dan juga kejujuran. Akan tetapi, di Indonesia, khususnya di Bali,
kata satyam lebih dikenal dengan bawaan arti jujur. Satyam hendaknya
menjadi tonggak arah dari segala yang dilakukan, dipikirkan, dan dikatakan
orang. Hendaknya orang juga bertekad agar setiap pikiran, kata, dan perbuatan
yang dilakukan di dalam jalan satyam, agar memberikan manfaat
dan/atau menjadi acuan kebenaran bagi orang lain.
Dalam Mundaka Upanisad 3.1.6
disebutkan :
atyameva jayate nanrtam
Satyena pantha vitato evayanah
Yenakramantyrsayo hyaptakama
Yatra tat satyasya paramam nid-hanam
Satyena pantha vitato evayanah
Yenakramantyrsayo hyaptakama
Yatra tat satyasya paramam nid-hanam
"Hanya kebenaran
yang selalu menang, bukan ketidakbenaran. Dari kebenaranlah jalan spiritual
menyebar keluar, dengan nama para Maharesi yang keinginannya sepenuhnya
terpenuhi, dapat mencapai tempat di mana harta karun tertinggi Kebenaran
tersimpan."
Dalam berkomunikasi melalui media
sosial unsur satyam atau kebenaran
sangatlah penting dan hendaknya selalu mendasari dalam setiap aktivitasnya.
Terutama bagi mereka yang membuat berita, hendaknya selalu menyampaikan
pesan-pesan kebenaran, bukan berita yang bohong yang cenderung menjerumuskan,
menghasut dan merugikan pihak tertentu. Kita sebagai generasi Hindu agar
senantiasa menempatkan kebenaran di atas segalanya, dan meyakini bahwa menyebar
kebohongan dalam bentuk apapun adalah sesuatu yang dilarang oleh Hukum dan
Agama, seperti yang kita yakini “satyam
eva Jayate” kebenaran akan selalu menang, walaupun kita berhasil menyebar
kebohongan yang sifat sementara kemudian mampu mempengaruhi seseorang, tetapi
kebenaran akan selalu menang, dan lama-kelamaan sesuatu yang bohong itu akan
kentara.
Kebenaran Satyam yang
lebih diutamakan di Bali adalah Kebenaran Dharma dalam Kebenaran Kejujuran
sehingga terlahir istilah Satya Wacana (berkata-kata jujur).
Bagi umat di Bali, orang yang dianggap sangat maju dan teguh di dalam
menjalankan ajaran-ajaran agama adalah orang-orang yang "polos"
jujur, tidak pernah berkata-kata bohong. Tutur-tutur di lontar khususnya
lontar Niti Sastra menekankan hal ini, dan juga
cerita Raja Yudhisthira yang bahkan dalam keadaan darurat perang pun tidak mau
berkata bohong. Kitab kakawin Niti Sastra menekankan agar
orang sangat berhati-hati dalam mengeluarkan kata-kata. Kata-kata disebutkan
sebagai anak panah, sekali terlepas maka ia tidak bisa ditarik kembali;
Mengingat kelemahan ini dimiliki oleh setiap orang, yaitu kurang berhati-hati
didalam mengeluarkan kata-kata, maka kitab suci Smrti merasa perlu mengingatkan
umatnya dengan ajaran sangat penting dan praktis yaitu "manah putam
vacam vadet" - saringlah terlebih dahulu baik-baik di dalam pikiran,
barulah keluarkan kata-kata melalui bibir.
Seiring
kemajuan jaman media sosial baik dalam bentuk tulisan dan video banyak yang
mengandung hasutan, seperti halnya kasus video ahok yang diposting ke media
sosial sehingga menyebabkan gejolak besar dan menyebabkan ketidakharmonisan
bangsa dan Negara, sehingga satyam
adalah pondasi dalam setiap langkah membuat berita, dan sebagai umat hindu
selalu mengedepankan kajian-kajian kebenaran pada setiap informasi atau berita
sebelum memposting atau mengunggahnya.
b. Menelaah berita melalui Wiweka Jnana
Dalam
berinteraksi melalui media sosial, sering kita membaca ataupun dikirimi
postingan tertentu, dalam postingan tersebut terdapat informasi dan pesan yang
ingin disampaikan oleh sipembuatnya, biasanya postingan tersebut dalam bentuk
artikel, kemudian dilengkapi pula dengan video atau gambar. Sebelum men-share atau membagikan kembali berita
tersebut, hendaknya ditelaah/ dipertimbangkan kebenarannya di dalam agama Hindu
disebut dengan wiweka.
Wiweka
adalah kebijaksanaan atau daya nalar seseorang agar bijak dalam berbuat
dan bertindak dan dapat mempertimbangkan dalam berbagai hal antara lain;
a. Tindakan mana yang benar dan
salah,
b. Amal dan dosa,
d. Sejati dan palsu;
Dalam Bhagavadgita IV.34 menyebutkan
:
Tad
viddhi praņipātena
Paripraśneņa sēvayā
Upadekşyanti te jñānam
Jñāninas tattva darśinah
Paripraśneņa sēvayā
Upadekşyanti te jñānam
Jñāninas tattva darśinah
Artinya
:
Kejarlah
kebijakan itu dengan kerendahan hati, dengan bertanya-tanya dan dengan
pengabdian, "Orang
bijaksana yang melihat kebenaran itu akan memberi petunjuk padamu tentang
pengetahuan itu."
Wiweka
sebagai dasar dasar etika agama
hindu juga penting dipahami karena wiweka ini sangatlah menentukan “keputusan
hati’ yang disebut “Nisacaya Jnana”. Sehingga wiweka dengan jalan jnana marga disebutkan, kecerdasan merupakan
hal pokok untuk selalu dapat meningkatkan pengetahuan, baik pengetahuan
secara umum maupun pengetahuan tentang ke-Tuhanan serta mengamalkan pengetahuan
itu bagi kesejahteraan umat manusia dan
kelestarian alam semesta. Pengetahuan
umum dan pengetahuan tentang ke-Tuhanan diperoleh dari pendidikan baik formal
maupun non formal. Dengan gambaran itulah manusia
disebutkan wajib memiliki pedoman untuk bisa membedakan mana perilaku orang
baik dan mana perilaku orang yang tidak baik yang sebagaimana yang telah
dijelaskan pada kitab slokantara, dengan
kecerdasan yang dimiliki, diharapkan juga manusia cenderung untuk dapat memilih
melaksanakan perilaku baik berdasarkan susila yang
dapat menyebabkan hidup ini menjadi bahagia.
Dengan
demikian dalam menangkal berita-berita yang belum kita tahu kebenarannya, wiweka jnana sangatlah perlu untuk
dilakukan, yaitu suatu proses telaah, pertimbangan, isi berita tersebut apakah
ada data dan fakta atau hanya menebar kebohongan/ kebencian semata, dalam
menyikapi banyaknya beredar berita-berita hoax perlu lebih sering membaca
berita dari media media mainstream dan dihormati, Orang
yang paling rentan hoax adalah orang yang jarang mengonsumsi
berita, kalau suatu berita kedengarannya tidak mungkin, bacalah dengan lebih
teliti karena seringkali itu karena memang itu tidak mungkin, jangan share artikel/foto/pesan
berantai tanpa membaca sepenuhnya dan yakin akan kebenarannya.
Semoga bermanfaat!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar