Pages

Kamis, 04 Oktober 2018


MEREDAM BERITA HOAX PERSPEKTIF AGAMA HINDU

 
Internet merupakan hal yang sangat lumrah dalam perkembangan dewasa ini,  Internet adalah layanan jaringan  yang sifatnya menjangkau dunia internasional dan menggunakan sebuah perangkat jaringan. Secara garis besar internet dipergunakan sebagai media komunikasi, pendidikan, menambah wawasan dan media hiburan. Saat ini internet sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dari pejabat negara/ pemerintahan, pebisnis, karyawan sampai seorang pedagang kaki lima pun memakai internet. Demikian juga para pendakwah juga menyampaikan materi-materi dakwahnya melalui media internet. Banyak hal positif yang dapat kita ambil dari pemanfaatan internet tersebut, yaitu menambah wawasan, lebih praktis dan efisien, mempermudah komunikasi, meningkatkan penguasaan bahasa asing, mendorong kemandirian, sarana pendidikan jarak jauh, sebagai sarana hiburan, memudahkan pekerjaan, menjalankan bisnis online, dan masih banyak lagi manfaat dari internet. Tentu dengan melihat manfaat yang diberikan internet dalam kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa internet dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan masyarakat di era milenial ini. Selain dampak positif pasti beriringan dengan dampak negatif dari keberadaan internet tersebut misalnya berita hoax.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘hoaks’ adalah ‘berita bohong.’ Dalam Oxford English dictionary, ‘hoax’ didefinisikan sebagai ‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’. Sayangnya, banyak netizen yang sebenarnya mendefinisikan ‘hoax’ sebagai ‘berita yang tidak saya sukai’. ‘Hoax’ atau ‘fake news’ bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman internet, ‘hoax’ bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena sulit untuk diverifikasi.

Jenis-jenis berita hoax :
·       Hoax proper, hoax dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.
·       Judul heboh tapi berbeda dengan isi berita, kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya.
·       Berita benar dalam konteks menyesatkan, kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya
Apa saja konsekuensi membuat dan menyebarkan berita menyesatkan?
  • Membuat masyarakat menjadi curiga dan bahkan membenci kelompok tertentu
  • Menyusahkan atau bahkan menyakiti secara fisik orang yang tidak bersalah
  • Memberikan informasi yang salah kepada pembuat kebijaksanaan

Meredam berita Hoax perspektif Agama Hindu
a.     Menguatkan pondasi kehidupan melalui satyam (kejujuran/kebenaran)
Berita Hoax didefinisikan sebagai berita bohong, guna menekan berita bohong jangan biasakan untuk berbohong, jangan menebar berita bohong, tetaplah menebar kejujuran. Kata satyam menunjuk pada kebenaran sejati. Ia berarti Supreme Truth (kebenaran tert­inggi) dan juga kejujuran. Akan tetapi, di Indonesia, khususnya di Bali, kata satyam lebih dikenal dengan bawaan arti jujur. Satyam hendaknya menjadi tonggak arah dari segala yang dilakukan, dipikirkan, dan dikatakan orang. Hendaknya orang juga bertekad agar setiap pikiran, kata, dan perbuatan yang dilakukan di dalam jalan satyam, agar memberikan manfaat dan/atau menjadi acuan kebenaran bagi orang lain.
Dalam Mundaka Upanisad 3.1.6  disebutkan :
atyameva jayate nanrtam
Satyena pantha vitato evayanah
Yenakramantyrsayo hyaptakama
Yatra tat satyasya paramam nid-hanam

"Hanya kebenaran yang selalu menang, bukan ketidakbenaran. Dari kebenaranlah jalan spiritual menyebar keluar, dengan nama para Maharesi yang keinginannya sepenuhnya terpenuhi, dapat mencapai tempat di mana harta karun tertinggi Kebenaran tersimpan."
Dalam berkomunikasi melalui media sosial unsur satyam atau kebenaran sangatlah penting dan hendaknya selalu mendasari dalam setiap aktivitasnya. Terutama bagi mereka yang membuat berita, hendaknya selalu menyampaikan pesan-pesan kebenaran, bukan berita yang bohong yang cenderung menjerumuskan, menghasut dan merugikan pihak tertentu. Kita sebagai generasi Hindu agar senantiasa menempatkan kebenaran di atas segalanya, dan meyakini bahwa menyebar kebohongan dalam bentuk apapun adalah sesuatu yang dilarang oleh Hukum dan Agama, seperti yang kita yakini “satyam eva Jayate” kebenaran akan selalu menang, walaupun kita berhasil menyebar kebohongan yang sifat sementara kemudian mampu mempengaruhi seseorang, tetapi kebenaran akan selalu menang, dan lama-kelamaan sesuatu yang bohong itu akan kentara. 
Kebenaran Satyam yang lebih diutamakan di Bali ada­lah Kebenaran Dharma dalam Kebenaran Kejujuran sehingga terlahir istilah Satya Wacana (berkata-kata jujur). Bagi umat di Bali, orang yang dianggap sangat maju dan teguh di da­lam menjalankan ajaran-ajaran agama adalah orang-orang yang "polos" jujur, tidak pernah ber­kata-kata bohong. Tutur-tutur di lontar khususnya lontar Niti Sastra menekankan hal ini, dan juga cerita Raja Yudhisthira yang bahkan dalam keadaan darurat perang pun tidak mau berkata bohong. Kitab kakawin Niti Sastra menekankan agar orang sangat berhati-hati dalam mengeluarkan kata-kata. Kata-kata disebutkan sebagai anak panah, sekali terlepas maka ia tidak bisa ditarik kembali; Mengingat kelemahan ini dimiliki oleh setiap orang, yaitu kurang berhati-hati didalam mengeluarkan kata-kata, maka kitab suci Smrti merasa perlu mengingatkan umatnya dengan aja­ran sangat penting dan praktis yaitu "manah putam vacam vadet" - saringlah terlebih dahulu baik-baik di dalam pikiran, barulah keluarkan kata-kata melalui bibir.
Seiring kemajuan jaman media sosial baik dalam bentuk tulisan dan video banyak yang mengandung hasutan, seperti halnya kasus video ahok yang diposting ke media sosial sehingga menyebabkan gejolak besar dan menyebabkan ketidakharmonisan bangsa dan Negara, sehingga satyam adalah pondasi dalam setiap langkah membuat berita, dan sebagai umat hindu selalu mengedepankan kajian-kajian kebenaran pada setiap informasi atau berita sebelum memposting atau mengunggahnya.
b.     Menelaah berita melalui Wiweka Jnana
Dalam berinteraksi melalui media sosial, sering kita membaca ataupun dikirimi postingan tertentu, dalam postingan tersebut terdapat informasi dan pesan yang ingin disampaikan oleh sipembuatnya, biasanya postingan tersebut dalam bentuk artikel, kemudian dilengkapi pula dengan video atau gambar. Sebelum men-share atau membagikan kembali berita tersebut, hendaknya ditelaah/ dipertimbangkan kebenarannya di dalam agama Hindu disebut dengan wiweka.
Wiweka adalah kebijaksanaan atau daya nalar seseorang agar bijak dalam berbuat dan bertindak dan dapat mempertimbangkan dalam berbagai hal antara lain;
a.     Tindakan mana yang benar dan salah,
b.      Amal dan dosa,
c.      Baik-buruk (subha karma - asubha karma),
d.      Sejati dan palsu
Tad viddhi praņipātena
Paripraśneņa sēvayā
Upadekşyanti te jñānam
Jñāninas tattva darśinah

Artinya :
Kejarlah kebijakan itu dengan kerendahan hati, dengan bertanya-tanya dan dengan pengabdian, "Orang bijaksana yang melihat kebenaran itu akan memberi petunjuk padamu tentang pengetahuan itu."

Wiweka sebagai dasar dasar etika agama hindu juga penting dipahami karena wiweka ini sangatlah menentukan “keputusan hati’ yang disebut “Nisacaya Jnana”. Sehingga wiweka dengan jalan jnana marga disebutkan, kecerdasan merupakan hal pokok untuk selalu dapat meningkatkan pengetahuan, baik pengetahuan secara umum maupun pengetahuan tentang ke-Tuhanan serta mengamalkan pengetahuan itu bagi kesejahteraan umat manusia dan kelestarian alam semesta. Pengetahuan umum dan pengetahuan tentang ke-Tuhanan diperoleh dari pendidikan baik formal maupun non formal. Dengan gambaran itulah manusia disebutkan wajib memiliki pedoman untuk bisa membedakan mana perilaku orang baik dan mana perilaku orang yang tidak baik yang sebagaimana yang telah dijelaskan pada kitab slokantara, dengan kecerdasan yang dimiliki, diharapkan juga manusia cenderung untuk dapat memilih melaksanakan perilaku baik berdasarkan susila yang dapat menyebabkan hidup ini menjadi bahagia.
Dengan demikian dalam menangkal berita-berita yang belum kita tahu kebenarannya, wiweka jnana sangatlah perlu untuk dilakukan, yaitu suatu proses telaah, pertimbangan, isi berita tersebut apakah ada data dan fakta atau hanya menebar kebohongan/ kebencian semata, dalam menyikapi banyaknya beredar berita-berita hoax perlu lebih sering membaca berita dari media media mainstream dan dihormati, Orang yang paling rentan hoax adalah orang yang jarang mengonsumsi berita, kalau suatu berita kedengarannya tidak mungkin, bacalah dengan lebih teliti karena seringkali itu karena memang itu tidak mungkin, jangan share artikel/foto/pesan berantai tanpa membaca sepenuhnya dan yakin akan kebenarannya.
Semoga bermanfaat!!